Header Ads

Membawa Petani Tradisional Ke Era Digital

Aku terlahir dari keluarga petani. Ayahku seorang petani, kakekku seorang petani, bahkan buyut sampai nenek moyangku juga seorang petani, walaupun orang beranggapan nenek moyangku seorang pelaut. Itu salah.
Dulu, sekitar tahun 2000, disaat aku sudah mengerti apa artinya bertani. Waktu itu sekitar umur 8 tahun. Aku sering di ajak ayah kesawah. Setiap pagi sebelum sarapan dan sore hari. Aku begitu menikmati suasana di sawah. Orang orang dengan aktivitas memotong rumput ilalang, mengairi, bahkan ada pula yang mandi di sungai dekat persawahan. Waktu itu musim tanam, para ibu-ibu berbondong-bondong untuk menanam bibit padi. Mereka mempunyai kelompok, setiap kelompok terdiri dari 20 sampai 35orang. Tergantung dari besar kecilnya petak sawah. Mereka melayani permintaan pemilik sawah untuk menanam bibit padi. Ayahku saat itu juga bekerja sebagai buruh pabrik, tentu harus bisa membagi waktunya. Tak jarang, sawah kita selalu kebagian tanam paling terakhir, karena memang ayahku tidak selalu berada disawah. Karena siapa yang cepat, dialah yang dapat.
Malam itu sang ayah harus tidur disawah. Ayah menunggu pompa diesel untuk mengairi sawahnya. Pada malam hari, volume sumber air akan pasang karena gravitasi bulan yang akhirnya menambah air yang keluar dari pompa. Yang harus selalu dijaga ayah tak lain adalah jika sewaktu-waktu solar diesel habis. Mengairi sawah bisa sampai 8 jam. Jika dimulai pada pukul 7 malam, maka harus dimatikan pada pukul 3 dini hari. Itu akan sangat mengganggu istirahat ayah yang paginya harus pergi bekerja.
Dalam mengairi sawah bisa sampai 12 jam lebih

Pernah, suatu saat sekitar tahun 2001, kami mengalami musibah. Pompa diesel yang ada disawah telah dicuri. Tidak hanya milik ayahku, tapi juga beberapa milik petani didesaku. Ini sangatlah merugikan. Disamping harga diesel yang sangat mahal, juga factor kebutuhan yang seharusnya keesokan harinya digunakan untuk mengairi sawah harus terpaksa ditunda.
Pada saat musim panen, kembali lagi terulang seperti kejadian saat masa tanam lalu. Lagi-lagi karena ayahku kurang cepat memesan jasa panen dan ditambah tidak selalu berada disawah, maka kami mendapat giliran panen terakhir. Padahal saat itu seharusnya padi sudah harus di panen karena sudah terlanjur masak hingga kering dan rontok.  Seperti pada saat tanam, banyak kecurangan dengan melakukan sabotase. Sawah yang seharusnya mendapat bagian panen akhir bisa dipanen lebih awal karena ketua kelompok dibujuk oleh pemilik sawah. Itu biasa terjadi di dalam pertanian desa kami.
Untuk diolah menjadi beras, padi harus dalam keadaan kering untuk bisa digiling. Untuk proses pengeringan, para petani biasa memanfaatkan sinar matahari. Itu bagus, untuk mengirit biaya. Namun sejalan bertambahnya penduduk, tempat untuk menggelar padi sudah semakin sempit. Tempat yang biasa dilapangan kini telah dibangun pabrik. Jalanan kemudian menjadi pilihan. Jalan raya yang seharusnya digunakan untuk berlalu lalang kini dibuat menggelar padi agar kering terkena panas terik matahari. Itu sangat membahayakan pengendara. Pernah kejadian di daerahku seorang pengendara sepeda motor terjatuh karena terpleset padi.
Dalam penjualan beras pun juga masih banyak kendala yang dialami ayah, beberapa daerah mempunyai selisih harga berbeda. Walaupun daerah tersebut masih dalam satu kabupaten. Namun para pembeli beras menutup-nutupi hal tersebut dengan tujuan mencari untung dari para petani. Tentu hal ini sangat merugikan pihak petani dan ayah saya tentunya.

Dengan belajar pengalaman ayah dan para petani desa, harapan petani di era sekarang ini menginginkan kemudahan dalam mengelola hasil tanah, terutama padi. Tentu saja hal itu akan sangat terbantu dengan mulai berkembangnya teknologi pertanian. Hanya saja jika teknologi tersebut tepat guna sehingga secara maksimal bisa dimanfaatkan oleh para petani.
Seperti gagasan teknologi berikut yang sangat bisa dikembangkan dan diterapkan oleh para petani seperti ayah :

  • Mesin Penanam Padi
alat ini sudah dikembangkan dinegara-negara maju. Dengan alat ini, maka masalah petani yang tidak kebagian buruh tanam bisa teratasi. Para petani akan dengan mudah menanam padinya dengan mesin yang seperti traktor atau dengan penggerak manual. Seperti yang dikembangkan di jepang. Mesin penanam padi dengan penggerak manusia itu sendiri. Dengan begitu hanya dibutuhkan beberapa orang saja. Sudah banyak teknologi ini yang diterapkan di berbagai daerah di Indonesia. Tapi ingat, hanya beberapa. Didaerah saya pun masih belum ada. Untuk dibutuhkan waktu dan proses sosialisasi agar merata. 
Alat penanam padi dari Thailand.

  • Informasi Cuaca
Yang menjadi pengaruh utama tanaman adalah cuaca. Bagaimana tanaman itu bisa bertahan dalam cuaca yang tidak bersahabat dengan tanaman. Dengan informasi cuaca, para petani bisa lebih mengantisipasi kemungkinan terburuk yang disebabkan oleh cuaca. Balai pertanian desa bisa menggunakan sebuah gadget yan terhubung dengan BMKG untuk memantau prediksi cuaca yang akan terjadi didaerahnya. Baru kemudian informasi tersebut akan disampaikan kepada para petani. Itu lebih baik daripada petani tetap diam dan kemudian merenungi hal buruk telah terjadi.

  • Pengairan Otomatis
Belajar dari pengalaman tadi, pengairan otomatis harus diterapkan. Dengan system otomatis dan terjadwal akan mengurangi petani untuk terus mengawasi terutama pada malam hari. Telah banyak yang menggunakan teknologi, namun untuk diterapkan pada pertanian padi masih jarang. Untuk itu perlu digiatkan lagi demi menunjang kemajuan dan kemakmuran petani.

  • Keamanan
dengan semakin berkembangnya teknologi yang dterapkan oleh petani maka akan memancing para pihak tak bertanggung jawab yang mencari keuntungan semata. Seperti halnya pencuri peralatan pompa diesel yang masih terjadi disekarang ini. Dengan mengadopsi keamanan seperti system alarm. Ketika ada sesuatu part yang tersentuh dan terlepas dari tempatnya, maka seketika alarm akan berbunyi. Dengan begitu pencuri akan takut dan pergi walaupun kita saat itu tidak berada disana. Petani bisa memasang alarm pada pompa dieselnya. Karena biasanya yang diambil adalah beberapa bagian, bukan seluruhnya. Kenapa ? karena berat diesel keseluruhan hampir lebih 80kiloan.

Ayah dan petani di desaku menggunakan penutup sebagai pengaman. suatu saat pasti akan menjadi sistem keamanan digital.
  • Mesin Pemanen padi
Seperti pada mesin penanam padi, mesin ini juga sudah dikembangkan oleh beberapa produsen pertanian diluar negeri. Di pertanian Negara lain seperti jepang dan cina teknologi ini sudah menjamur. Di Indonesia pun sebenarnya sudah di uji terapkan [ada beberapa daerah. Namun para petani belum banyak yang menggunakan karena belum terbiasa. Sebenarnya teknologi ini sangatlah membantu para petani yang hanya mengandalkan jasa manusia yang terkadang harus menunggu beberapa hari untuk mendapat gilirannya.
Seperti yang telah berhasil dikembangkan oleh ITS. Mesin pemanen padi dengan penggerak motor dengan roda rantai. Dengan mesin ini akan mengurangi angka susut panen(losses) hingga 12 persen karena tercecer pada proses tradisional. Mesin ini telah diproduksi dan siap untuk di sosialisasikan secara menyuluruh kepada masyarakat. Dengan begitu padi akan bisa dipanen sesuai dengan semestinya.
Suatu saat nanti alat ini akan digunakan oleh para petani di Indonesia. (wikipedia)

  • Pengering Padi
Untuk menghindari pengeringan padi dijemur diatas aspal yang mengganggu pengendara, maka alat pengering padi harus diterapkan. Sudah banyak rekayasa mesin pengering padi yang telah dirancang oleh para developer dan mahasiswa di bidangnya. Terobosan serangkaian teknologi pertanian ini bisa membantu para petani yang mempunyai gabah yang banyak namun hanya memerlukan waktu yang singkat. Daripada dijemur di sepanjang aspal jalanan, lebih baik dikeringkan dengan alat untuk meminiminal proses.

  • Menjalin Komunitas Petani
Siapa bilang bilang facebook, twitter dan jejaring social lainnya hanya untuk kalangan muda dan para eksekutif. Kini bapak-bapak petani bisa menggunakannya dan membuat sebuah group untuk bertukar ilmu pertanian. Dan juga untuk mengatasi masalah selisih harga di berbagai daerah. Dengan keterbukkan terhadap anggota lainnya maka akan membuat petani lebih diuntungkan. Petani bisa memantau harga gabah di berbagai daerah, kemudian bisa memutuskan didaerah mana dan kepada siapa nantinya gabahnya akan dijual. Transaksi pun bisa dilakukan secara online antara petani dan pengumpul gabah yang berada diluar daerah.


Tidak bisa dipungkiri lagi, kemajuan era teknologi digital saat ini tidak bisa dihentikan. Semua berjalan begitu cepat seiring meningkatnya pendidikan dan kualitas sumber daya manusia. Terbukti dari instansi-instansi maupun lembaga-lembaga pemerintahan yang mulai mengadopsi system digital dalam pelayanannya. Seperti kita tahu, penerimaan mahasiswa baru yang dulu harus datang ke secretariat, sekarang hanya perlu daftar lewat internet. Begitu juga dalam kelangsungan proses belajarnya, semua diakses melalui media maya ini. Lalu, apakah semua ini bisa membawa perubahan pada sector pertanian?
Ayah sedang memperbaiki diesel. Petani juga harus dibekali pengetahuan agar tetap bisa berjalan jika terjadi kerusakan.
Disisi lain kita harus mempertahankan budaya, namun dilain pihak kita juga harus dituntut untuk maju agar bisa menangani laju perekonomian yang semakin meningkat. Ingat, saat ini Negara kita masih mengimpor beras dari luar negeri. Apakah kita akan terus menerus berpangku tangan dan mengandalkan Negara lain ?
Saya yakin, ayah dan para petani lainnya bisa memajukan negeri ini dengan teknologi pertaniannya.
Semoga generasi muda sepertiku bisa memajukan pertanian Indonesia









Presented by Ngawur, Powered by Pusat Teknologi

1 comment:

Powered by Blogger.